Blog ini masih dalam tahap penyempurnaan dan pengembangan...Silakan kunjungi halaman Forum untuk bergabung...Mohon maaf atas segala kekurangan yang masih terdapat dalam Blog ini...Terimakasih

PENTINGNYA DISIPLIN YANG FLEKSIBEL DALAM TERAPI AUTIS

Jumat, 28 November 2008 ·

Membina Hubungan Baik Antara Orangtua dan Terapis Autis


Hari ini di sekolah ada sedikit pengalaman yang boleh dibilang lucu, menggelikan plus sedikit membingungkan.

Salah satu orangtua murid (anak autis ; red) sempat ribut kecil sama rekan kerja saya yang kebetulan sama-sama "terapis autis yang masih hijau"

Permasalahannya hanya karena sang terapis telat sekitar 10 menit gara-gara cuaca yang buruk (hujan ;red).

Menurut saya sebenarnya permasalahan yang terjadi hari ini sebenarnya adalah "permasalahan yang gak perlu terjadi" seandainya ada rasa kekompakan antara orangtua dan terapis anak autis dalam memberikan pendidikan / terapi sebab secara langsung atau tidak langsung kondisi ini tentu berdampak buruk bagi perkembangan anak autis.

Saya pribadi juga memahami maksud dan tujuan orangtua anak tersebut yang ingin menegakkan aturan waktu terapi secara lebih "disiplin" terlepas dari besarnya bayaran ataupun memang orangtaunya yang terbiasa disiplin :)

Buat Terapis Autis: Atur jadwal kita sebaik mungkin (usahakan datang ke tempat terapi/sekolah sebelum orangtua dan anak datang). Kalo memang "terpaksa" harus datang terlambat dari waktu terapi yang dijadwalkan segera aja hubungi institusi atau langsung kontak ke orangtua anak yang bersangkutan biar bisa dicari jalan keluar seperti memberikan terapis pengganti.

Buat orangtua anak autis : Harus mampu menjadi manager yang baik dalam mengatur pendidikan dan pembelajaran anak autis. Disiplin memang diperlukan dalam pemberian terapi atau penanganan autis namun perlu diingat penegakan disiplin sebaiknya dilakukan secara lebih fleksibel (jangan kaku). Orangtua harus mampu bersikap serius tapi santai. Seperti kasus di atas, orangtua sebaiknya menggunakan kata-kata sopan dan manusiawi saat mengingatkan terapis yang dianggap melakukan "kesalahan". Jalinlah kerjasama yang harmonis namun tetap memperhatikan disiplin dalam waktu dan metode terapi. Trus kalo memang dinilai tidak ada perubahan mending hubungi aja pengurus atau pimpinan sekolah dan minta terapis pengganti secara baik-baik.

Semoga permasalahan serupa tidak pernah lagi terjadi di belahan dunia manapun... Sebab perlu juga diketahui Tulisan ini Dyah Puspita yang bercerita tentang patahnya teori tentang "rasa empati pada anak autis". Ingat... penerapan terapi autis masih sangat-sangat dinamis.... banyak yang perubahan yang mungkin terjadi dan harus terus kita pelajari bersama hingga di masa mendatang.

Autis|Autisme|Autisma|Autism|Autistik|Autistic


Posting Lain Terkait Autis|Autisme|Autisma|Autistik



1 komentar:

Anonim mengatakan...
17 Desember 2008 pukul 16.17  

blog anda bagus. artikelnya menarik, spesific mengenai anak-anak autis. btw ada e-book yg mengupas ttg autisme nggak? yg bs didownload.. terima kasih..

fitri, http://duniapsikologi.dagdigdug.com/

POSTING TERBARU

DAFTAR PENGIKUT BLOG INI