Blog ini masih dalam tahap penyempurnaan dan pengembangan...Silakan kunjungi halaman Forum untuk bergabung...Mohon maaf atas segala kekurangan yang masih terdapat dalam Blog ini...Terimakasih

PRIVACY POLICY

Sabtu, 29 November 2008 · 0 komentar

Privacy Policy for http://autisme-autis.blogspot.com

If you require any more information or have any questions about our privacy policy, please feel free to contact us by email at ablogkita@yahoo.com.

At http://autisme-autis.blogspot.com, the privacy of our visitors is of extreme importance to us. This privacy policy document outlines the types of personal information is received and collected by http://autisme-autis.blogspot.com and how it is used.

Log Files
Like many other Web sites, http://autisme-autis.blogspot.com makes use of log files. The information inside the log files includes internet protocol ( IP ) addresses, type of browser, Internet Service Provider ( ISP ), date/time stamp, referring/exit pages, and number of clicks to analyze trends, administer the site, track user’s movement around the site, and gather demographic information. IP addresses, and other such information are not linked to any information that is personally identifiable.

Cookies and Web Beacons
http://autisme-autis.blogspot.com does use cookies to store information about visitors preferences, record user-specific information on which pages the user access or visit, customize Web page content based on visitors browser type or other information that the visitor sends via their browser.

Some of our advertising partners may use cookies and web beacons on our site. Our advertising partners include Google Adsense, Commission Junction, Widget Bucks, Adbrite, Clickbank, Chitika, Linkshare, Amazon, .

These third-party ad servers or ad networks use technology to the advertisements and links that appear on http://autisme-autis.blogspot.com send directly to your browsers. They automatically receive your IP address when this occurs. Other technologies ( such as cookies, JavaScript, or Web Beacons ) may also be used by the third-party ad networks to measure the effectiveness of their advertisements and / or to personalize the advertising content that you see.

http://autisme-autis.blogspot.com has no access to or control over these cookies that are used by third-party advertisers.

You should consult the respective privacy policies of these third-party ad servers for more detailed information on their practices as well as for instructions about how to opt-out of certain practices. http://autisme-autis.blogspot.com's privacy policy does not apply to, and we cannot control the activities of, such other advertisers or web sites.

If you wish to disable cookies, you may do so through your individual browser options. More detailed information about cookie management with specific web browsers can be found at the browsers' respective websites.

Autis|Autisme|Autisma|Autism|Autistik|Autistic


Baca Tulisan Selengkapnya...

PENTINGNYA DISIPLIN YANG FLEKSIBEL DALAM TERAPI AUTIS

Jumat, 28 November 2008 · 1 komentar

Membina Hubungan Baik Antara Orangtua dan Terapis Autis


Hari ini di sekolah ada sedikit pengalaman yang boleh dibilang lucu, menggelikan plus sedikit membingungkan.

Salah satu orangtua murid (anak autis ; red) sempat ribut kecil sama rekan kerja saya yang kebetulan sama-sama "terapis autis yang masih hijau"

Permasalahannya hanya karena sang terapis telat sekitar 10 menit gara-gara cuaca yang buruk (hujan ;red).

Menurut saya sebenarnya permasalahan yang terjadi hari ini sebenarnya adalah "permasalahan yang gak perlu terjadi" seandainya ada rasa kekompakan antara orangtua dan terapis anak autis dalam memberikan pendidikan / terapi sebab secara langsung atau tidak langsung kondisi ini tentu berdampak buruk bagi perkembangan anak autis.

Saya pribadi juga memahami maksud dan tujuan orangtua anak tersebut yang ingin menegakkan aturan waktu terapi secara lebih "disiplin" terlepas dari besarnya bayaran ataupun memang orangtaunya yang terbiasa disiplin :)

Buat Terapis Autis: Atur jadwal kita sebaik mungkin (usahakan datang ke tempat terapi/sekolah sebelum orangtua dan anak datang). Kalo memang "terpaksa" harus datang terlambat dari waktu terapi yang dijadwalkan segera aja hubungi institusi atau langsung kontak ke orangtua anak yang bersangkutan biar bisa dicari jalan keluar seperti memberikan terapis pengganti.

Buat orangtua anak autis : Harus mampu menjadi manager yang baik dalam mengatur pendidikan dan pembelajaran anak autis. Disiplin memang diperlukan dalam pemberian terapi atau penanganan autis namun perlu diingat penegakan disiplin sebaiknya dilakukan secara lebih fleksibel (jangan kaku). Orangtua harus mampu bersikap serius tapi santai. Seperti kasus di atas, orangtua sebaiknya menggunakan kata-kata sopan dan manusiawi saat mengingatkan terapis yang dianggap melakukan "kesalahan". Jalinlah kerjasama yang harmonis namun tetap memperhatikan disiplin dalam waktu dan metode terapi. Trus kalo memang dinilai tidak ada perubahan mending hubungi aja pengurus atau pimpinan sekolah dan minta terapis pengganti secara baik-baik.

Semoga permasalahan serupa tidak pernah lagi terjadi di belahan dunia manapun... Sebab perlu juga diketahui Tulisan ini Dyah Puspita yang bercerita tentang patahnya teori tentang "rasa empati pada anak autis". Ingat... penerapan terapi autis masih sangat-sangat dinamis.... banyak yang perubahan yang mungkin terjadi dan harus terus kita pelajari bersama hingga di masa mendatang.

Autis|Autisme|Autisma|Autism|Autistik|Autistic


Baca Tulisan Selengkapnya...

TERAPI AUTIS DENGAN KASIH SAYANG

Selasa, 25 November 2008 · 1 komentar

Pengembangan Sederhana Terapi Autis Metode Lovaas


Autis selalu memiliki dinamika tersendiri. Inilah yang selalu saya sampaikan dalam beberapa postingan sebelumnya yang juga membahas mengenai penanganan anak atau balita dengan Autis.

"Terapi Autis Dengan Kasih Sayang" sengaja saya angkat sebagai judul postingan kali ini, sebab banyak orangtua anak autis maupun terapis autis yang mungkin tanpa disadari sering melupakan pentingnya unsur atau elemen yang cukup menentukan kesuksesan terapi anak autis,

Penanganan autis atau terapi autis dengan Metode Lovaas sendiri sebenarnya sudah jelas menerangkan bahwa kasih sayang terhadap anak autis merupakan kunci kesuksesan dalam setiap penerapan metode terapi autis.

Orangtua anak autis maupun terapis autis hendaknya menempatkan kasih sayang sebagai pondasi awal dalam setiap tahapan pelaksanaan terapi autis, sebab seorang terapis anak autis selain dituntut memiliki sikap professional hendaknya juga mengutamakan prinsip penerapan kasih sayang pada individu dengan autis.

Empati dan respek terhadap setiap perilaku anak autis memang merupakan faktor mutlak dalam penatalaksanaan terapi khususnya metode lovaas. Seorang terapis autis tidak boleh memandang individu autis sebagai sesuatu yang tidak berharga, namun kendati demikian sikap tegas penuh kasih sayang tetap diperlukan dalam menangani anak autis.

Penanganan autis dengan kasih sayang ini juga dapat membawa dampak positif pada diri terapis autis, sebab dengan memantapkan dasar kasih sayang sebagai landasan pelaksanaan terapi autis, maka diyakini dapat meminimalisir munculnya tekanan psikis pada terapis itu sendiri, karena seperti telah kita ketahui bersama penanganan autis sangat memerlukan ketulusan dan kesabaran dalam menerima berbagai dinamika yang terjadi pada anak autis.

Kiranya itu dulu posting sederhana saya kali ini tentang autis, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya para orangtua dan terapis anak autis.

AUTIS|AUTISME|AUTISMA|AUTISTIK|AUTISM

Baca Tulisan Selengkapnya...

AUTIS DAN KENDALANYA | MITOS OBAT AUTIS

Sabtu, 22 November 2008 · 1 komentar

Minimnya Referensi Tentang Autis/Autisme/Autisma/Autism Bagi Orang Tua


Bagi orangtua yang memiliki anak autis, hidup di Indonesia mungkin memang dirasa cukup berat apalagi ketersediaan refferensi seputar autis belum banyak disebarluaskan kepada masyarakat.

Jangankan hendak mencari tahu dan mendapatkan informasi tentang terapi autis, diet autis, atau cara diagnosa/diagnosis autis sedangkan untuk memahami penjelasan detail seputar autis saja orang tua masih banyak yang kebingungan.

Gambaran sederhana bisa dilihat dari pemahaman orang tua tentang autis itu sendiri, banyak orang tua anak autis yang masih bingung dengan pengertian dan perbedaan istilah autis, autisme, autisma, autism, autistik, adhd, down syndrome, dan banyak istilah lain yang berhubungan dengan autis.

Kondisi ini semakin diperparah dengan minimnya pemahaman bahwa autis bukan merupakan penyakit sehingga obat autis atau pengobatan autis sebenarnya tidaklah diperlukan orang tua, sebab autis hanyalah merupakan gangguan perkembangan yang dapat diminimalisir melalui terapi baik terapi perilaku, terapi wicara maupun terapi lain sesuai dengan kondisi anak autis tersebut. Sehingga saya pribadi kurang setuju dengan istilah atau sebutan "obat autis bagi anak autisme"

Kendati demikian, pengobatan pada anak autis dapat dilakukan namun dengan catatan hanya bertujuan untuk meminimalisir gejala yang menyertai autis itu sendiri jadi obat atau pengobatan yang diberikan bukan bertujuan untuk menghilangkan autis seperti obat untuk menghilangkan sakit kepala, diare atau obat maag yang sekali minum atau terus diamalkan dapat langsung menghilangkan "penyakit" yang dialami. Oleh sebab itu istilah "obat autis" atau "pengobatan autis" memang dapat dikatakan tidak ada.

Keterbatasan refferensi ini juga cukup menghambat terapis autis yang berada di daerah seperti yang saya alami pribadi. Buku-buku refferensi yang "berkualitas" memang masih didominasi oleh negara luar sehingga untuk orangtua atau terapis yang memiliki kendala bahasa tentu akan kesulitan menambah pengetahuan seputar autis. Belum lagi forum diskusi tentang autis masih tergolong minim, pihak pemerintah maupun yayasan dan lembaga yang fokus terhadap autis juga belum mampu menjangkau secara maksimal hingga ke daerah.

Mengakhiri postingan ini, saya pribadi turut berdo'a merasakan kendala yang dihadapi orangtua anak autis yang berada di daerah semoga dengan seiring perkembangan teknologi informasi dapat lebih memudahkan sekaligus membuka ruang pengetahuan bagi setiap orangtua anak autis di Indonesia... Amin...

Baca Tulisan Selengkapnya...

KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI / BERBAHASA PADA ANAK AUTIS

Rabu, 19 November 2008 · 0 komentar

INDIKATOR PERILAKU AUTISTIK ASPEK KOMUNIKASI



Dalam membahas tentang kemampuan berbahasa atau komunikasi pada anak autis memang terdapat beberapa poin perbedaan yang cukup tampak dibandingkan anak normal pada umumnya. Faktor kemempuan komunikasi ini pula yang cukup membantu menegakkan diagnosa autis pada anak. Dokter, psikolog, terapis autis maupun orangtua yang memiliki anak denagn autis umumnya dapat melihat perbedaan kemampuan komunikasi atau berbahasa ini dengan sangat jelas.

Berikut ini saya akan coba menggambarkan beberapa indikator perilaku anak autis berdasarkan aspek kemampuan komunikasi atau bahasa. Semoga melalui postingan ini dapat membantu pembaca sekalian dalam mengenal, memahami serta menetapkan tindakan atau keputusan lanjutan dalam penanganan anak dengan gejala autis.

Beberapa indikator perilaku autistik pada anak dengan autis tersebut antara lain:

Minim Komunikasi : Anak autis umumnya memiliki kemampuan komunikasi yang sangat minim, anak dengan autis biasanya juga sangat jarang memulai komunikasi dalam lingkungan sosialnya. Komunikasi yang saya gambarkan di sini lebih kepada komunikasi yang bersifat verbal.

Sedikit Bicara : Jarang memulai komunikasi sudah tentu dapat mempengaruhi aspek anak autis secara verbal, sehingga saat berkomunikasi atau menjawab pertanyaan biasanya anak autis hanya memberikan respon singkat atau bahkan tidak ada sama sekali, jawaban yang diberikan biasanya sebatas satu atau dua kata.

Tidak Menggunakan Bahasa Tubuh / Isyarat : Selain minim komunikasi secara verbal, anak autis juga jarang atau bahkan nyaris tidak pernah sama sekali menggunakan bahasa tubuh atau bahasa isyarat seperti yang sering kita lihat pada gejala anak tunawicara (maaf : bisu) sebab anak autis lebih bersifat kepada minimnya minat secara psikologis / psikis anak autis tersebut jadi bukan kepada masalah atau keterbatasan yang bersifat fisik.

Tidak Mau atau Tidak Mampu Menirukan Suara : Ini biasanya dapat kita praktekkan dalam aktifitas sehari-hari dengan mengajarkan beberapa kata sederhana pada anak dengan indikasi autis. Anak dengan autis biasanya menunjukkan indikator perilaku yang terkesan enggan atau bahkan tidak mau sama sekali menirukan kata-kata sederhana yang kita contohkan. Realisasi pada bagian ini dapat kita praktekkan dengan memegang bagian tenggorokan anak untuk mengetahui getaran suara yang dihasilkan.

Kejanggalan Penekanan Suara : Indikator ini dapat terlihat pada perilaku anak autis yang cukup bertolak belakang dengan beberapa contoh perilaku autistik yang saya sebutkan sebelumnya. Pada indikator kemampuan bahasa atau komunikasi anak autis bagian ini, anak autis umumnya mampu dan mau menirukan beberapa kata sederhana namun masih terdapat perbedaan yang jelas pada bagian penekanan suara atau intonasi maupun kesempurnaan nada suara yang dihasilkan, misalnya penekanan penggalan kata yag tidak lazim atau tidak sama dengan yang dicontohkan.

Tidak Berekspresi : Saat melakukan komunikasi dengan orang lain termasuk orangtua, anak autis seringkali terlihat menunjukkan ekspresi yang datar, meskipun menunjukkan sedikit minatnya kepada orang lain. Ekspresi anak autis biasanya dapat terlihat dengan jelas saat kita mengajaknya berkomunikasi langsung dengan upaya tatap muka (meskipun nyaris tidak ada)

Sering Mengulang Kata atau Kalimat : Pada tahapan ini mungkin sebagian orangtua seringkali menganggapnya sebagai perilaku yang normal dan wajar. Memang pada bagian penilaian indikasi perilaku autistik ini, kita harus jeli membedakan termasuk menyesuaikan dengan indikator perilaku anak autis lainnya. Namun biasanya pengulangan kata atau kalimat pada anak autis ini terdapat perbedaan yang sangat mencolok dibanding perilaku normal khususnya dari segi intensitas pengulangan kata.

Mengucapkan Tapi Tidak Mengerti : Kemampuan komunikasi anak autis memang cukup unik karena tidak jarang ada anak autis yang mampu mengucapkan kata atau kalimat dengan sempurna namun sebenarnya tidak mengerti sama sekali tentang arti kata yang baru saja diucapkan bahkan untuk kata-kata sederhana seperti makan, tidur, menulis, belajar dan bermain.

Berbagai indikator perilaku autistik berdasarkan aspek kemampuan komunikasi anak autis yang coba saya jelaskan di atas tentu saja masih bersifat relatif sebab masing-masing anak autis memiliki karakteristik tersendiri, satu dengan yang lain tentu tidak dapat dipastikan sama, sekali lagi saya sampaikan kepada pembaca agar terus mengkombinasikan berbagai aspek kemungkinan indikator perilaku lainnya untuk menyempurnakan diagnosa awal autis sedini mungkin untuk menentukan langkah penanganan autis yang lebih efektif dan efisien serta tepat sasaran dan yang terpenting adalah jangan menutup diri untuk bertanya, bertukar pikiran dan berkonsultasi dengan para pakar atau ahli. Diagnosa dini sangat bermanfaat demi keberhasilan seluruh proses terapi autis. Semoga postingan sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Baca Tulisan Selengkapnya...

DIAGNOSA DINI GEJALA AUTIS

Senin, 17 November 2008 · 0 komentar

Bagaimana Cara Mendeteksi Dini Gejala Autis

Dalam beberapa kurun waktu terakhir istilah autis, autisme atau kata autisma mungkin semakin sering terdegar di telinga kita, banyak kasus membuktikan bahwa gejala autis seringkali terlambat disadari orangtua padahal deteksi dini sebagai awal penegakan diagnosa autis memiliki peran sangat penting dalam setiap tahapan terapi autis itu sendiri.

Meski sering mendengar istilah autis namun mungkin banyak diantara orangtua yang kurang memahami apa saja gejala-gejala awal autis atau bagaimana cara mendeteksi dini gangguan perkembangan yang populer dengan berbagai istilah tersebut, baik itu autis, autisme, autisma dan berbagai istilah lain yang memiliki makna tidak jauh berbeda bahkan sebenarnya memiliki pengertian yang sama yakni sebuah gejala gangguan perkembangan.

Meminjam istilah Dr. Melly Budhiman selaku Ketua Yayasan Autisma Indonesia (YAI) yang menyebutkan “Bom Waktu” untuk autisme memang merupakan fenomena tersediri di tengah masyarakat Indonesia bahkan di seluruh dunia.

Deteksi dini gejala autis (autistik) pada anak sebenarnya dapat dilakukan secara mandiri oleh orangtua namun perlu dicatat penegakan diagnosa autis memang harus dilakukan oleh seorang pakar atau ahli terlebih jika autisme tersebut seringkali semakin dipersulit atau boleh dikatakan tertutupi oleh gejala gangguan perkembangan lain seperti hyperaktif, epilepsi, retardasi mental, ADHD maupun Down Syndrome atau Sindroma Down.

Orang tua dapat melakukan deteksi dini gejala autis pada anak dengan memperhatikan gejala-gejala berikut dan perlu diwaspadai:
  • Anak usia 30 bulan belum dapat berbicara atau melakukan komunikasi verbal
  • Tidak peduli kepada orangtua maupun lingkungan
  • Hiperaktif
  • Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
  • Menutup diri terhadap pergaulan sosial
  • Sering mengulang beberapa perilaku yang sama dengan intensitas yang tinggi
Jika menemukan beberapa gejala tersebut pada anak maupun keluarga anda, sebaiknya segera berkonsultasi pada para pakar atau ahli maupun dokter guna penegakan diagnosa sedini mungkin. Jangan pernah berspekulasi tentang diagnosa autis pasa anak. Konsultasi dan penegakan diagnosa autis yang sesegera mungkin sangat bermanfaat bagi proses terapi autis selanjutnya.

Semoga postingan ini bermanfaat bagi kita semua dalam mendeteksi dini gejala-gejala yang kemungkinan besar mengarah kepada perilaku autis.

Baca Tulisan Selengkapnya...

AUTIS DENGAN PERILAKU EKSESIF

Kamis, 13 November 2008 · 0 komentar

Deteksi dini tentang gejala autis



Anak saya suka menjerit sendiri tanpa alasan yang jelas, apakah berarti dia Autis?
Anak saya suka memukul temannya, apakah berarti anak saya mengalami Autis?
Anak saya susah sekali diatur, apakah anak saya termasuk Autis?
Anak ibu hyperaktif, itu artinya dia Autis?

Spekulasi tanpa alasan mendasar seperti beberapa ungkapan di atas mungkin sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Mengenal gejala Autis sebenarnya tidak segampang itu meskipun memang kondisi perilaku tersebut cenderung mengarah kepada gejala Autis tapi seklai lagi saya jelaskan bahwa "mengenali Autis" tidak segampang yang kita bayangkan.

Secara garis besar gejala perilaku anak dengan Autis umumnya memang digolongkan dalam dua jenis, yakni perilaku eksesif dan perilaku defisit. Pada postingan kali ini saya akan coba membahas mengenai perilaku eksesif pada autis.

Dengan bahasa yang sederhana perilaku eksesif pada autis dapat dikatakan sebagai perilaku yang berlebihan. Hyperaktif dan gejala Tantrum merupakan salah satu bagian dari gejala perilaku autistik yang tergolong ke dalam perilaku eksesif ini.

Gejala perilaku autistik dengan perilaku eksesif ini biasanya terlihat pada anak autis yang suka atau gemar sekali menjerit, menggigit, memukul, menendang, mencakar serta perilaku berlebihan lainnya.

kendati demikian, jika kita menemui anak, saudara, maupun tetangga kita dengan perilaku tersebut di atas hendaknya jangan terburu-buru memvonis bahwa anak tersebut mengalami Autis, karena perlu dipertimbangkan intensitas dan kualitas gejala perilaku tersebut terlebih dahulu, serta tidak lupa mengamati gejala lain yang umumnya tampak pada perilaku anak dengan autis.

Deteksi dini dan konsultasi yang sesegera mungkin, memang akan jauh lebih baik jika kita menemukan beberapa gejala penyimpangan perilaku tersebut.

Sekian dulu postingan saya mengenai "Gejala Autis dengan Perilaku Eksesif" kali ini, semoga pada postingan selanjutnya saya bisa menjelaskan tentang gejala perilaku autis yang lain yakni perilaku defisit yang juga merupakan golongan perilaku autistik.


Semoga bermanfaat,


Baca Tulisan Selengkapnya...

SABAR MERUPAKAN KUNCI PENANGANAN AUTIS

· 0 komentar

Sebuah catatan kecil seorang yang peduli terhadap anak autis


Menangani anak autis memang memiliki fenomena dan dinamika tersendiri, tanpa terkecuali baik bagi para orangtua, ahli, dokter, psikolog maupun terapis anak autis. Pemahaman dan kesabaran tentu sangat diperlukan demi pencapaian hasil maksimal dalam menangani anak autis, seorang yang ahli secara teoritis belum dapat dipastikan mampu menangani anak autis dengan berbagai keterbatasan dan kesenjangan perkembangan perilaku yang dimiliki anak dengan autis.

Sebagai suatu gangguan perkembangan, autis hingga saat ini memang belum diketahui secara pasti penyebabnya, sehingga pengobatan secara medis untuk autisme sendiri belum dapat dipastikan seperti layaknya sakit kepala maupun penyakit diare yang dapat segera disembuhkan.

Kendati demikian, setiap kemajuan atau progress yang kita dapatkan setiap bulan, minggu, hari, jam, menit bahkan setiap detik harus senantiasa disyukuri. Pasrah dan berserah juga bukan berarti tanpa usaha, sebab banyak bukti yang menunjukkan bahwa kesabaran dan perhatian yang ditunjukkan kepada anak dengan autis dapat membantu proses terapi autisme.
  • "Saat ini kita boleh ditendang, namun rasa sakit itu akan segera tergantikan dengan setiap detik kontak mata yang terjalin antara orangtua dan anak dengan autis"
  • "Saat ini tenggorokan kita boleh kering, namun dahaga itu akan segera hilang manakala kita mendengar beberapa getaran kata yang terucap secara mandiri dari bocah kecil dengan autis"
  • "Saat ini badan kita boleh basah dengan keringat demi menjaganya namun semua itu akan tergantikan seketika saat anak dengan autis mau melakukan arahan sederhana yang kita ucapkan"
Banyak pengobatan dan terapi yang ditawarkan untuk anak dengan autis, namun kunci keberhasilan dari semuanya itu sebenanrnya adalah ketulusan doa dan kesabaran dari dalam diri kita sendiri.

Baca Tulisan Selengkapnya...

GALERI FOTO UPDATE

Jumat, 07 November 2008 · 0 komentar

Kolom Galeri Foto Akan Terus Update... Nantikan

Baca Tulisan Selengkapnya...

PENGERTIAN AUTIS SECARA GLOBAL DENGAN BAHASA RINGAN

· 0 komentar

“AUTIS” ADALAH GANGGUAN PERKEMBANGAN

|Bukan Penyakit|Bukan Kelainan||Bukan Bahan Ejekan|

Judul maupun sub judul dari postingan saya kali ini memang saya tekankan tentang “pengertian autis secara global dengan bahasa ringan” sebab saya ingin memperkenalkan “autis” dengan bahasa saya sendiri yang mudah-mudahan dan insyaallah tidak melenceng dari “definisi autis” yang dipopulerkan oleh para dokter, psikologi maupun terapis autis lainnya.

Autis : Gangguan Perkembangan

Ya… “autis” hanyalah gangguan perkembangan jadi jangan sekali-kali memberikan vonis bahwa anak, remaja, atau balita dengan “autis” dengan sebutan “penderita autis” atau “penyandang autis” karena gangguan perkembangan yang biasa disebut “autis”, “autisme”, "autisma" atau “autism” bukan merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, kuman, maupun jamur. Selain bukan penyakit, autis juga bukanlah gangguan jiwa apalagi gangguan roh halus, jin, makhluk gaib atau apapun istilah lain yang terkesan sangat memojokkan.

Sedih memang jika masyarakat Indonesia memiliki pandangan yang sangat sempit tentang “autis”. Paradigma ini tentu saja harus segera dirubah dan semoga saja upaya kecil saya ini dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan pemahaman masyarakat tentang istilah “autis”, “autisme”, "autisma" atau “autism”.

Autis adalah sebuah gangguan perkembangan yang umumnya ditandai oleh tiga gejala utama yakni interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

Penyebab autis sendiri hingga kini belum diketahui secara pasti namun akan saya coba jelaskan pada postingan berikutnya, termasuk ketiga gejala gangguan perkembangan yang terjadi pada anak, remaja, atau balita dengan “autis” seperti yang saya sebutkan di atas.

Kiranya itu dulu posting pengantar saya tentang “pengertian autis dengan bahasa sederhana” ini. Semoga postingan berikutnya dapat lebih membuka kerangka berfikir kita terhadap “autis”

Terimakasih dan semoga bermanfaat,

Baca Tulisan Selengkapnya...

POSTING TERBARU

DAFTAR PENGIKUT BLOG INI